Vihara Girinaga & Buddhajayanti™

Spread Dhamma All Over the World

Photobucket

The Four Face Brahma Sahampati (Phra Phrom)

Written by Joqy on 1/08/2008 10:24:00 PM


Brahma Sahampati, yang digambarkan memiliki empat wajah, sangat puja di kalangan umat Buddha Thai sebagai makhluk suci yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia.
Brahma Sahampati juga dikenal dalam komunitas Buddhis Cina, yang sering disebut sebagai Buddha-Empat Wajah / Four Face Buddha (四面佛).
Brahma Sahampati, dianggap sebagai Mahabrahma yang paling senior, yang merupakan makhluk suci tak terlihat, yang mengunjungi Sang Buddha ketika mencapai Penerangan Sempurna, kemudian ketika Sang Bhagava sedang bermeditasi di Uruvela, Brahma Sahampati mendorong Beliau untuk membabarkan Dhamma demi umat manusia.
Brahma Sahampati juga mendampingi Sang Buddha saat wafat, dan memberikan penghormatan sedalam-dalamnya, sebagaimana dituliskan dalam Maha-Parinibbana Sutta. Dari seluruh makhluk alam Brahma, Beliau-lah yang paling dekat dengan Sang Buddha.

Belajar dari Kisah Tukang Jam

Written by Joqy on 1/08/2008 10:08:00 PM


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya, “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31.536.000 kali selama setahun?”
“Ha…?” kata jam terperanjat. “Mana sanggup saya.”
“Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari ?”
“Sebanyak itu ? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini ?”jawab jam penuh keraguan.
“Bagaimana kalau 3.600 kali dalam satu jam ?”
“Dalam satu jam ? Banyak sekali itu ?” tetap saja jam membalas dengan ragu-ragu atas kemampuan dirinya.
Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian berbicara kepada si jam, “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik ?”
“Nah, kalau itu aku pasti sanggup.” kata jam dengan penuh antusias.
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali tiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa. Karena, ternyata selama satu tahun penuh ia telah berdetak tanpa henti. Itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.536.000 kali (coba saja Anda hitung sendiri !).
Ada kalanya, kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya, kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata “tidak” sebelum anda pernah mencobanya.
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Ada pula dengan denyut jaunting, gairah dan air mata. Tetapi, ukuran sejati di bawah mentari adalah, apa yang telah Anda lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

Buddhisme di Zaman Ilmiah

Written by Joqy on 1/08/2008 09:48:00 PM


Ajaran Buddha adalah sebuah agama besar yang menerangi umat manusia lebih dari dua puluh lima abad yang lalu dan membebaskan manusia dari segala perbudakan dan praktik takhayul. Ajaran Buddha adalah agama yang ilmiah. Buddha Gotama dewasa ini dihormati oleh setiap orang yang berbudaya dan cendekia, tidak pandang agama apa pun yang mereka anut, sementara pendiri sebagian besar agama lainnya hanya dihormati oleh para pengikutnya saja. Bukan hanya kaum agamawan saja, tetapi para pemikir bebas pun menghormati Yang Tercerahkan Sempurna ini.

Dari sudut pandang sejarah, tiada Guru lain yang pernah hidup di dunia ini yang telah memberikan kebebasan beragama yang begitu besar serta hak menentukan keyakinan bagi umat manusia. Sebelum munculnya Sang Buddha, agama hanya dimiliki dan dimonopoli oleh suatu kelompok tertentu dari masyarakat. Sang Buddha adalah Guru dalam sejarah yang tanpa diskriminasi membuka gerbang agama bagi setiap orang di masyarakat. Sang Buddha telah menasihati para pengikut-Nya untuk melatih dan mengembangkan kekuatan laten manusia serta menunjukkan cara terbaik untuk memanfaatkan kekuatan pikiran dan akal budinya tanpa menjadi budak dari suatu makhluk yang tak dikenal, untuk menemukan kebahagiaan abadi yang Beliau umumkan kepada dunia melalui pengalaman-Nya sendiri dan bukan melalui teori-teori, kepercayaan belaka, maupun praktik-praktik tradisional. Ajaran-Nya adalah sedemikian rupa sehingga siapa saja dapat menjalankannya tanpa menyandang merek agama tertentu.
Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Tiada konflik antara ajaran Buddha dan ilmu pengetahuan. Keduanya memiliki tujuan senada, yaitu untuk menyingkapkan ‘kebenaran’ dan ‘fakta’. Banyak aspek dalam ajaran Buddha yang sebenarnya selaras dengan penemuan ilmiah modern. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Sang Buddha pernah berkata bahwa alam semesta ini tidak terbatas dan jumlah dunia ini tidak terhingga. Hanya setelah Galileo Galilei mulai mengamati planet dan bintang dengan teleskop, manusia memiliki pengetahuan yang lebih maju tentang astronomi. Manusia mulai memahami dan menerima bahwa bumi ini bukanlah pusat alam semesta. Bumi hanyalah sebuah planet kecil dalam tata surya dan jumlah tata surya di alam semesta tidaklah terhingga. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, tanpa teleskop, Sang Buddha telah berkata demikian; hanya seorang yang ‘luar biasa’ lah yang mampu mengungkapkan kebenaran yang selama ini menjadi misteri besar alam semesta.
b. Sang Buddha juga mengatakan bahwa jumlah kehidupan dalam dunia ini dan dunia lainnya adalah tidak terbatas. Beliau menunjuk sebuah cawan berisi air dan mengatakan bahwa ada kehidupan di dalam cawan tersebut yang tak terbatas jumlahnya. Dewasa ini, para ilmuwan tidak bisa menyangkal kemungkinan adanya kehidupan di planet lain. Di bawah mikroskop, secawan air terbukti mengandung jutaan jasad renik. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, tanpa mikroskop, Sang Buddha telah mampu mengungkapkan kebenaran semacam itu. Sungguh mengagumkan.
c. Salah satu prinsip ajaran Buddha menyatakan bahwa tiada sesuatu pun yang tidak berubah, segala sesuatu terus muncul dan lenyap. Hal ini sangat sesuai dengan teori atom Einstein E = mc2, membuktikan bahwa materi bisa diubah menjadi energi (lenyapnya zat) dan materi juga bisa terbentuk dari energi (munculnya zat).
d. Sang Buddha pernah berkata bahwa selama waktu Beliau menyelesaikan ceramah di bumi, ribuan tahun telah berlalu di dunia-dunia lainnya. Hal yang dianggap bagaikan dongeng ini tampaknya menjadi tidak asing lagi setelah Einstein mengemukakan Teori Relativitas.
Dalam sejarah peradaban, ilmu pengetahuan telah sering dianggap sebagai ancaman terhadap konsep keagamaan, sejak era Galileo, Bruno, Copernicus, dan Darwin. Akan tetapi, prinsip-prinsip dasar ajaran Buddha tidak bertentangan dengan penemuan ilmu pengetahuan. Sang Buddha telah mengutarakan hal yang senada dengan bahasa dan istilah yang berbeda.
Ungkapan penghargaan terhadap Sang Buddha dan ajaran-Nya juga telah diberikan oleh para filsuf, psikolog, dan pemikir di zaman modern ini, seperti Albert Einstein, H.G.Wells, Bertrand Russel, Aldous Huxley, C.G.Jung, Erich Fromm, dan lain-lain.
Dari sudut pandang ajaran Buddha, Kebenaran tidak memiliki batas-batas negara, bangsa, umat dan bahkan tidak memerlukan “merek” agama tertentu. Kebenaran bukanlah milik agama apa pun atau siapa pun. Ajaran Kebenaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha bukanlah milik ekslusif diri-Nya atau umat-Nya. Sang Buddha semata-mata hanya telah menemukan dan melihat dengan jelas kebenaran tersebut. Seperti halnya Isaac Newton menemukan hukum gravitasi, dia bukanlah pemilik hukum tersebut.
Mengenai pentingnya keselarasan dan perpaduan antara agama dan ilmu pengetahuan, Albert Einstein mengatakan,” Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah pincang. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta.” Ilmu pengetahuan bersama agama seperti Buddhisme bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih tenteram dan membahagiakan untuk ditinggali. Penting untuk dicatat, bahwa kalau kita pelajari lebih lanjut, tampak bahwa ajaran Buddha sebenarnya telah melampaui keterbatasan ilmu pengetahuan.

Cinta adalah Pengertian

Written by Joqy on 1/08/2008 09:30:00 PM


Ada seorang pemuda, namanya Budi, yang melihat seekor kalajengking akan tenggelam dalam suatu pusaran air. Muncul keinginan spontan untuk menyelamatkan si kalajengking ini. Sehingga, tanpa ragu-ragu Budi mengulurkan tangannya dan mengangkat kalajengking itu dari air dan hendak meletakkannya di tanah yang kering.
Namun, si kalajengking malah menyengatnya. Sesudah itu, kalajengking itu melanjutkan perjalanannya untuk menyeberang jalan dengan cara berjalan langsung menuju pusaran air itu lagi ! Melihat kalajengking itu gelagapan karena akan tenggelam lagi, Budi pun mengangkatnya untuk kedua kalinya. Sekali lagi, kalajengking itu menyengatnya !
Orang lain yang melihat peristiwa itu berkata pada Budi, “Mengapa kau bodoh sekali ? Kau lihat, bukan cuma sekali kau disengat. Dua kali ! Tolol sekali kau mau mencoba menyelamatkan kalajengking itu.”
Budi pun menjawab, “Pak, tidak bisa saya tidak melakukannya. Sudah menjadi sifat alami kalajengking itu untuk menyengat. Tetapi, juga sudah merupakan sifat alami saya untuk menyelamatkan. Maka yang harus saya lakukan adalah mencoba menyelamatkan kalajengking itu.”
Memang, sebenarnya Budi bisa mengembangkan kebijaksanaan. Dia bisa menggunakan tongkat atau kayu untuk mengangkat kalajengking itu. Tetapi, mungkin juga Budi berpikir bahwa dia bisa mengangkat kalajengking itu sedemikian rupa sehingga tidak akan disengat. Atau mungkin, dia berpikir bahwa kalajengking itu dalam keadaan sekarat sehingga tidak akan menyengat.
Apa pun kemungkinannya, inti cerita di atas itu adalah respon spontan dari seorang manusia yang ingin menyelamatkan makhluk hidup lainnya, sekali pun mungkin hanya seekor serangga. Itu juga menunjukkan bahwa orang yang penuh kasih sayang memang demikian, sehingga sekali pun dia mungkin tidak menerima ucapan terima kasih dari makhluk yang ditolongnya, tidak menjadi masalah. Menolong itu sudah menjadi sifat alaminya, dan jika dia bisa menolong lagi, dia tetap akan melakukannya. Dia tidak tahu bagaimana caranya menyimpan kepahitan atau dendam.
Memang, kasih sayang adalah bahasa hati. Pada saat kita didorong oleh cinta kasih dan kasih sayang, kita mengulurkan tangan untuk menolong tanpa membeda-bedakan suku bangsa, kepercayaan atau ras orang lain. Dengan sinar kasih sayang, identifikasi yang menyangkut suku, kepercayaan, dll. menjadi sekunder, semua itu tidak lagi bermakna. Lebih jauh lagi, kasih sayang tidak hanya terkungkung bagi manusia, karena kasih sayang juga berlaku bagi binatang, serangga dan semua makhluk hidup. Itulah makna cinta kasih dan kasih sayang.
Akhir kata, Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Daya Tarik Buddhisme

Written by Joqy on 1/08/2008 08:54:00 PM


Daya tarik Ajaran Buddha berkembang dengan mantap di seluruh dunia, khususnya bagi mereka yang mencari jawaban di arus globalisasi yang deras ini.

Jumlah pengikut Ajaran Buddha berkembang dengan pesat di banyak bagian dunia, teristimewa di Australia, Amerika Serikat dan banyak negara di Eropa.
Sebagian negara di Asia di mana Ajaran Buddha pernah secara paksa digantikan oleh ajaran komunisme, sekarang muncul kembali dengan gilang gemilang.
Mengapa ketertarikan terhadap Ajaran Buddha ini bertambah besar dan begitu cepat perkembangannya?
Barangkali karena semakin banyak orang yang mengakui fakta-fakta di sekitar Buddhisme. Yaitu:
Agama Buddha mengedepankan PERDAMAIAN yang sebenarnya dan tidak pernah menganjurkan Kekerasan Apapun di atas namanya.

Ajaran Buddha adalah salah satu Agama Dunia yang paling tua, yang hingga kini, mempunyai reputasi terhormat sebagai satu-satunya agama yang belum pernah mempunyai Perang Suci.

Tak ada satu tokoh Buddhis yang pernah maju ke medan perang untuk menaklukkan kafir atau untuk mengubah orang lain menjadi Penganut Ajaran Buddha.

Tak seorangpun yang pernah dihadapkan kepada pedang, atau dihukum gantung atau dengan kata lain dihukum karena tidak percaya pada Ajaran Buddha.

Agama yang menekankan Belas Kasih, Penerimaan dan Kebaikan

Umat Budha dikenal akan keteladanan, kebajikan hati dan keramahan mereka, bersifat menerima dan tidak mengedepankan cara-cara penghakiman.

Hingga saat ini, Buddhisme menyebar ke wilayah yang baru, tidak disebabkan oleh pengaruh Para Misionaris dengan tujuan agresif guna mengubah keyakinan orang lain, tetapi biasanya oleh inisiatif orang lokal yang mempersilahkan atau mengundang para guru agar dapat berbagi ajaran.

Agama yang menyediakan Jalan Terang untuk perkembangan Rohani dan Pribadi.

Ajaran Buddha bukanlah sebuah koleksi Mitos dan Cerita untuk menguji penalaran kita. Juga tidak hadir sebagai misteri yang hanya bisa dimengerti oleh para Biksu, Pandita atau sekelompok orang tertentu yang lebih disukai atau orang–orang Yang Terpilih.

Ajaran Buddha hadir sebagai Jalan Terang yang dapat di percaya dan bisa dilakukan siapa saja menurut pengertian, pemahaman dan kemampuannya sendiri, yang merupakan suatu metode yang dapat diterapkan, dan memberikan hasil yang bisa dialami dengan segera.

Agama yang mengajarkan untuk mengambil Tanggung Jawab Penuh atas Tindakan yang dilakukan.

Buddhisme tidak mencoba menerangkan masalah di dunia sebagai bagian dari rencana misterius Dewata. Tidak menyalahkan sesuatu pada nasib atau wangsit yang manapun terhadap apa saja yang terjadi, baik atau buruk atas pengalaman hidup yang dialami.
Malahan, Buddhisme mengajarkan bahwa kita harus bertanggung-jawab untuk hasil tindakan yang telah dilakukan dan sebagai penentu takdir kita sendiri. Alih–alih menghindar atau lari dari persoalan hidup, kita di anjurkan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada tanpa masalah.

Agama yang tidak mempunyai tempat untuk Kepercayaan Buta atau Pemujaan yang Tidak melalui Penalaran.

Banyak agama yang menekankan pada dogma dan menuntut pengikutnya untuk percaya secara membabi buta, hal ini menjadi aneh atau tanpa dasar dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Buddhisme tidak mempunyai doktrin seperti itu.

Buddha tidak menginginkan umatnya untuk percaya kepadanya secara membuta, melainkan mengajarkan pengikutnya untuk berpikir, untuk mempertanyakan dan untuk memahami ajarannya berdasarkan pengertian.

Ajaran tentang keterbukaan pikiran dan hati yang simpatik, yang menerangi dan menghangatkan alam semesta dengan sinar Kebijaksanaan dan Belas Kasih. Oleh karena itu Ajaran Buddha disebut Agama yang berdasarkan Analisis.


EHIPASSIKO Datang dan Lihatlah Sendiri, Agama yang menyambut baik Pertanyaan dan Pemeriksaan ke dalam Ajarannya sendiri.

Kebebasan berpikir sungguh penting. Ajaran Buddha dijalankan secara Ehipassiko, yang artinya mengundang untuk Datang dan Bukti kan, bukan Datang dan Percaya begitu saja. Ajaran yang membuka diri untuk ditelaah, diamati dan diselidiki. Tidak ada kewajiban atau paksaan apapun agar percaya atau menerima Ajaran Buddha.

Buddha menunjukkan Jalan Keselamatan, selanjutnya terserah setiap insan untuk memutuskan mau mengikutinya atau tidak. Buddha mengibaratkan Ajarannya sebagai RAKIT.

Agama yang menekankan nilai–nilai Universal

Ajaran yang menitik beratkan pada Kebahagiaan Sejati Bagi Semua Mahluk. Ajaran yang dapat dipraktekkan dalam masyarakat atau dalam pertapaan, oleh semua ras dan sistem kepercayaan. Ajaran yang sama sekali tidak memihak, sehingga tidak ada ‘TEROR’ di dalam Agama Buddha. Ajaran yang membebaskan umatnya dari cengkraman para Imam dan juga merupakan Jalan agar Bebas dari Kemunafikan dan Penindasan Keagamaan.

Buddhisme mengajarkan bahwa "Sesuai dengan benih yang telah ditabur, begitulah buah yang akan dituai. la yang berbuat baik akan menerima kebaikan, ia yang berbuat jahat akan menerima kejahatan". Hukum yang berlaku secara universal tanpa memerlukan Label Keagamaan.

Agama yang selaras dengan ilmu Pengetahuan Modern dan merupakan Agama Masa Depan

Ajaran Buddha tidak pernah merasa perlu untuk memberikan tafsiran baru terhadap ajarannya (kitab sucinya) atas Penemuan Ilmiah yang ada belakangan ini. Ilmu Pengetahuan tidak pernah bertentangan dengan Buddhisme, karena Ajarannya yang bersifat Ilmiah.

Asas-asas Buddhisme dapat dipertahankan dalam keadaan apapun tanpa mengubah gagasan dasar. Ajaran Buddha dihargai sepanjang masa, oleh para cendikiawan, ilmuwan, ahli filsafat, kaum rasionalis, bahkan para pemikir bebas.

Inilah beberapa fakta yang telah menjadi daya tarik Buddhisme, sejak zaman dahulu, zaman kini hingga di waktu yang akan datang.

Subscribe in a reader

Pesta Blogger 2007Pesta Blogger 2007

Add to Technorati Favorites Firefox 2

Web Counter Since 01-01-2008

home page visits
photo inkjet printers