Vihara Girinaga & Buddhajayanti™

Spread Dhamma All Over the World

Photobucket

Asal Usul Imlek II

Written by Vihara Girinaga on 4/01/2008 09:45:00 PM

Festival musim semi atau tahun baru penanggalan Imlek adalah hari raya akhir tahun dalam penanggalan Tionghoa, umumnya disebut "tahun baru". Merupakan perayaan hari raya tradisional yang paling meriah dan khidmat di kalangan rakyat Tionghoa. Sebelum tanggal 1 Januari (penanggalan Tionghoa) ada upacara sembahyang, upacara peringatan untuk orang yang telah wafat dan upacara lainnya; di hari raya itu ada pemberian angpao kepada anak-anak, silaturahmi antarfamili serta sahabat dan perayaan lainnya, pertengahan bulan setelah hari raya tersebut adalah pesta lampion pada malam Capgomeh, dan setelah pesta lampion berlalu pada malam Capgomeh yang dipenuhi dengan lentera hias seluruh kota, hari raya festival musim semi baru benar-benar dianggap berakhir.

Sejarah festival musim semi sudah sangat lama, asal mulanya berasal dari kegiatan upacara sembahyang memperingati peringatan leluhur dan menyembahyangi dewa ketika pergantian tahun baru pada masa Dinasti Yin dan Shang. Dan mengenai berbagai macam mitologinya juga banyak sekali.

Mitos tentang "Tahun" Binatang

Ada sebuah legenda kuno yang mengisahkan asal usul tradisi perayaan Imlek di Tiongkok, begini ceritanya :

Dahulu kala ada seekor monster jahat yang memiliki kepala panjang dan tanduk yang tajam. Monster yang bernama nian ini sangat ganas, dia berdiam didasar lautan, namun setiap tahun baru dia muncul kedarat untuk menyerang penduduk desa dan menelan hewan ternak. Oleh karena itu setiap menjelang tahun baru, seluruh penduduk desa selalu bersembunyi dibalik pegunungan untuk menghindari serangan monster nian ini.

Pada malam tahun baru di suatu tahun, orang-orang di sebuah pedesaan sedang memapah orang tua dan menuntun anak-anak kecil pergi ke gunung untuk menghindari petaka, dan dari luar pedesaan datang seorang kakek pengemis, tangannya memegang sebuah tongkat, tampak tua namun sehat, penuh vitalitas dan semangatnya luar biasa.

Orang-orang sekampung ada yang sibuk berkemas-kemas, ada yang sibuk menuntun sapi menggiring domba, tampak sebuah suasana yang tergesa-gesa dan menakutkan. Dan di saat demikian, tidak ada lagi orang yang berkonsentrasi memperhatikan sang kakek pengemis itu.

Hanya seorang nenek yang baik hati di ujung timur desa yang memberikan sejumlah makanan kepada kakek pengemis itu, sekaligus menganjurkan kepadanya agar segera pergi ke gunung untuk menghindarkan diri. Kakek itu berkata: "Nek, jika mengizinkan saya tinggal semalam di rumah Anda, saya pasti akan mengusir monster itu.

Si nenek mengira bahwa sang kakek sedang bercanda, maka terus membujuk sang kakek agar segera pergi ke gunung, namun kakek pengemis menggelengkan kepalanya tidak mau pergi. Si nenek tidak berdaya, mau tidak mau meninggalkan rumahnya dan diri sendiri pergi ke gunung untuk menghindari musibah.

Waktu tengah malam, monster "nian" menerobos masuk ke desa. Ia mendapati di ujung timur rumah si nenek, pintu rumahnya ditempeli kertas merah besar, dan di dalam rumah diterangi dengan lampu lilin yang sangat terang. Monster memandang sekilas dengan marah rumah si nenek, dan segera menerjang ke rumah si nenek sambil berteriak marah. Ketika hampir mendekati pintu masuk, tiba-tiba terdengar suara ledakan petasan di ruang dalam, dan sekujur badannya menggigil gemetar, dan tidak berani mendekat lagi.

Ternyata, monster ini takut dengan warna merah, cahaya api dan suara ledakan. Dan di saat itu, pintu rumah itu terbuka lebar, di dalam rumah tampak seorang kakek yang tubuhnya dibaluti dengan jubah merah. Saking terkejutnya monster "nian" berbalik dan lari terbirit-birit.

Pada hari kedua adalah tanggal 1 Januari, orang-orang yang kembali dari pengungsian merasa sangat heran melihat desa dalam keadaan aman dan selamat. Saat itu nenek baru sadar dengan apa yang telah terjadi, dan menceritakan tentang janji sang kakek pengemis kepada orang-orang sekampung.

Orang-orang sekampung berbondong-bondong ke rumah nenek, dan yang terlihat hanya tempelan kertas merah di pintu rumah nenek, di halaman dalam terdapat setumpuk petasan yang belum habis terbakar masih meledak-ledak, dan beberapa lilin merah di dalam rumah masih menyala dengan sisa cahayanya.

Kakek tua itu sebenarnya adalah Dewata yang datang untuk menolong penduduk desa mengusir monster nian ini. Mereka juga menemukan 3 peralatan yang digunakan lelaki tua itu untuk mengusir nian.

Orang-orang sekampung yang bergembira ria beramai-ramai mengenakan pakaian dan topi baru, berkunjung ke rumah famili dan sahabat mengucapkan selamat menyampaikan salam, dan merayakan dengan damai serta selamat telah melewati hari itu. Dengan demikian, semua orang telah mengetahui cara yang aman mengusir binatang yang bernama "Tahun" pada tahun baru itu.

http://www.erabaru.or.id/images/chinese_lantern.jpg

Sejak itu, setiap perayaan Tahun Baru Imlek mereka memasang kain merah, menyalakan petasan dan menyalakan lentera sepanjang malam, menunggu datangnya Tahun Baru, menjaga hingga larut malam dan menanti pergantian tahun. Tanggal 1 Januari pagi hari, masih harus berkunjung ke rumah famili maupun sahabat untuk mengucapkan selamat bertahun baru. Tradisi ini semakin lama semakin luas penyebarannya, dan menjadi hari raya tradisional yang paling khidmat di kalangan rakyat Tionghoa.

Mulai dari itu, Adat istiadat ini akhirnya menyebar luar dan menjadi sebuah perayaan tradisional orang Tionghoa yang megah dalam menyambut “berlalunya nian” (dalam bahasa Tionghoa, nian berarti tahun)

Orang Tionghoa selalu mengkaitkan periode waktu dari hari ke 23 hingga ke 30 dalam 12 belas bulan tahun lunar tepat sebelum Hari Raya Imlek sebagai “nian kecil”.

Setiap keluarga Tionghoa diharuskan membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka untuk menyambut datangnya tahun baru. Disamping membersihkan lingkungan sekitar, setiap keluarga Tionghoa membuat berbagai hidangan menyambut Imlek yang terbuat dari daging ayam, bebek, ikan dan sapi / babi, serta manisan dan buah-buahan. Tak ketinggalan pula para orang tua membelikan baju baru untuk anak-anaknya dan mempersiapkan bingkisan angpao saat mengunjungi kerabat dan keluarga.

Ketika malam Tahun Baru tiba, seluruh keluarga berkumpul bersama. Di wilayah utara Tiongkok, setiap keluarga memiliki tradisi makan kue bola apel, yang dalam bahasa Tionghoa-nya disebut Jiao, pelafalannya sama dengan kata bersama dalam bahasa Tionghoa, sehingga kue bola apel sebagai symbol kebersamaan dan kebahagiaan keluarga. Selain itu jiao juga bermakna datangnya tahun baru. Diwilayah selatan Tiongkok, masyarakatnya suka sekali memakan kue manisan Tahun Baru (yang terbuat dari tepung beras lengket), yang melambangkan manisnya kehidupan dan membuat kemajuan dalam Tahun Baru ini (dalam bahasa Tionghoa kata “kue” dan “membuat kemajuan” memiliki pelafalan yang sama dengan kata gao) Menjelang jam 12 malam, setiap keluarga akan menyalakan petasan.

Hari pertama Tahun Baru Imlek, orang Tionghoa menggunakan baju baru dan mengucapkan selamat kepada orang yang lebih tua. Anak-anak yang mengucapkan tahun baru kepada yang lebih tua, akan mendapatkan angpao uang. Sedangkan pada hari kedua dan ketiga, mereka saling mengunjungi teman dan kerabat dekatnya.

Selama masa perayaan Tahun Baru Imlek, pada umumnya jalan-jalan diarea perdagangan penuh sesak dengan keluarga Tionghoa yang berbelanja untuk keperluan Imlek. Dibeberapa tempat diluar negeri biasanya diadakan berbagai acara hiburan menyambut Imlek seperti pertunjukkan Barongsai dan Naga, pasar bunga dan pameran klenteng.

Setelah hari ke 15 bulan pertama dalam kalender Lunar, adalah waktu diadakannya Festival Lentera, yang menandakan berakhirnya perayaan Tahun Baru Imlek.

Pembuatan Kalender Selaksa Tahun
Menurut dongeng, pada zaman dahulu kala, ada seorang pemuda yang bernama Wan Nian (Selaksa Tahun), melihat catatan waktu tentang perubahan iklim alam sangat kacau, lantas mempertimbangkan bagaimana caranya menentukan secara tepat perubahan iklim tersebut. Pada suatu hari, ia pergi ke gunung mencari kayu bakar, ketika sedang istirahat duduk di bawah naungan pohon, melihat gerakan bayangan pohon, merasa mendapat inspirasi, lalu merancang sebuah instrumen waktu untuk mencatat perubahan iklim dengan berdasarkan pengukuran bayangan matahari. Namun, instrumen waktu ini, di mana saat cuaca mendung dan hujan, menjadi tidak bermanfaat. Belakangan, ia mendapatkan ilham lagi dari tetesan mata air di lereng gunung, lalu membuat lagi sebuah jam air 5 tingkat. Dan belakangan ia mendapati, bahwa setiap lebih dari 360 hari, panjang pendeknya iklim akan mengulang sekali lagi.

Raja waktu itu namanya Zhu Yi, tidak terdeteksinya iklim dan angin membuatnya risau. Dan setelah Wan Nian mengetahuinya, lalu membawa jam matahari dan jam air menemui raja, menjelaskan prinsip peredaran bulan dan matahari. Raja Zhu Yi sangat gembira setelah mendengarnya, lalu menyuruh Wan Nian tinggal, membuat paviliun bulan dan matahari di depan kuil langit, membuat menara jam matahari dan pos jam air. "Mudah-mudahan kamu bisa mengukir secara tepat hukum peredaran bulan dan matahari, memperhitungkan secara tepat waktu fajar, dan membuat penanggalan, untuk kesejahteraan seluruh rakyat di dunia."

Wan Nian mengukir penanggalannya di atas tebing samping kuil langit:

Terbit dan tenggelamnya matahari 360,
Berputar ulang dimulai dari awal.
Layu dan seminya tumbuh-tumbuhan dibagi empat musim,
Satu tahun terdapat 12 bulan.

Suatu hari Raja Zhu Yi naik ke atas paviliun bulan dan matahari menengok Wan Nian. Wan Nian menunjuk gejala langit, berkata kepada Raja Zhu Yi: "Sekarang tepat genap 12 bulan, tahun lama sudah berakhir, musim semi mulai lagi, mohon raja menetapkan suatu hari raya." Raja Zhu Yi berkata: "Musim semi adalah awal tahun, jadi disebut saja hari raya musim semi." Kemudian, melalui pengamatan yang panjang dan perhitungan yang cermat, Wan Nian menetapkan penanggalan yang tepat. Ketika dia mempersembahkan penanggalan kepada raja berikutnya, ia sudah berambut putih kemilau.

Demi untuk memperingati jasa Wan Nian, maka raja memberi nama penanggalan tersebut sebagai "Penanggalan Wan Nian", dan menganugerahkan Wan Nian sebagai dewa panjang umur bulan dan matahari. Belakangan, saat tahun baru orang-orang menggantung gambar dewa panjang umur, dan konon katanya adalah untuk memperingati Wan Nian, maka hari raya tersebut lantas dinamakan festival musim semi.

Asal Usul Imlek I

Written by Vihara Girinaga on 4/01/2008 09:42:00 PM

Ada sebuah legenda kuno yang mengisahkan asal usul tradisi perayaan
Imlek di Tiongkok, begini ceritanya :

Dahulu kala ada seekor monster jahat yang memiliki kepala panjang dan
tanduk yang tajam. Monster yang bernama /nian/ ini sangat ganas, dia
berdiam didasar lautan, namun setiap tahun baru dia muncul kedarat untuk
menyerang penduduk desa dan menelan hewan ternak. Oleh karena itu setiap
menjelang tahun baru, seluruh penduduk desa selalu bersembunyi dibalik
pegunungan untuk menghindari serangan monster /nian/ ini.

Pada suatu hari saat menjelang pergantian tahun, semua penduduk desa
sedang sibuk mengemasi barang-barang mereka untuk mengungsi ke
pegunungan, datanglah seorang lelaki tua berambut abu-abu ke desa itu.
Dia memohon ijin menginap semalam pada seorang wanita tua dan
meyakinkannya bahwa dia dapat mengusir pergi monster /nian/ ini. Tak ada
satupun yang mempercayainya. Wanita tua ini memperingatkan dia untuk
ikut bersembunyi bersama penduduk desa lainnya, tetapi lelaki tua ini
bersikukuh menolaknya. Akhirnya penduduk desa meninggalkan dia sendirian
di desa itu.

Ketika monster nian mendatangi desa ini untuk membuat kekacauan,
tiba-tiba dia dikejutkan suara ledakan petasan. Nian menjadi sangat
ketakutan melihat warna merah, kobaran api dan mendengar suara petasan
itu. Pada saat bersamaan pintu rumah terbuka lebar lalu muncullah lelaki
tua itu dengan mengenakan baju berwarna merah sambil tertawa keras. Nian
terkejut dan menjadi pucat pasi, dan segera angkat kaki dari tempat itu.

Hari berikutnya, penduduk desa pulang dari tempat persembunyiannya,
mereka terkejut melihat seluruh desa utuh dan aman. Sesaat mereka baru
menyadari atas peristiwa yang terjadi. Lelaki tua itu sebenarnya adalah
Dewata yang datang untuk menolong penduduk desa mengusir monster nian
ini. Mereka juga menemukan 3 peralatan yang digunakan lelaki tua itu
untuk mengusir /nian/. Mulai dari itu, setiap perayaan Tahun Baru Imlek
mereka memasang kain merah, menyalakan petasan dan menyalakan lentera
sepanjang malam, menunggu datangnya Tahun Baru. Adat istiadat ini
akhirnya menyebar luar dan menjadi sebuah perayaan tradisional orang
Tionghoa yang megah dalam menyambut “berlalunya nian” (dalam bahasa
Tionghoa, nian berarti tahun).

Orang Tionghoa selalu mengkaitkan periode waktu dari hari ke 23 hingga
ke 30 dalam 12 belas bulan tahun lunar tepat sebelum Hari Raya Imlek
sebagai “nian kecil”.

Setiap keluarga Tionghoa diharuskan membersihkan lingkungan tempat
tinggal mereka untuk menyambut datangnya tahun baru. Disamping
membersihkan lingkungan sekitar, setiap keluarga Tionghoa membuat
berbagai hidangan menyambut Imlek yang terbuat dari daging ayam, bebek,
ikan dan sapi / babi, serta manisan dan buah-buahan. Tak ketinggalan
pula para orang tua membelikan baju baru untuk anak-anaknya dan
mempersiapkan bingkisan angpao saat mengunjungi kerabat dan keluarga.

Ketika malam Tahun Baru tiba, seluruh keluarga berkumpul bersama. Di
wilayah utara Tiongkok, setiap keluarga memiliki tradisi makan kue bola
apel, yang dalam bahasa Tionghoa-nya disebut /Jiao/, pelafalannya sama
dengan kata /bersama/ dalam bahasa Tionghoa, sehingga kue bola apel
sebagai symbol kebersamaan dan kebahagiaan keluarga. Selain itu /jiao/
juga bermakna datangnya tahun baru. Diwilayah selatan Tiongkok,
masyarakatnya suka sekali memakan kue manisan Tahun Baru (yang terbuat
dari tepung beras lengket), yang melambangkan manisnya kehidupan dan
membuat kemajuan dalam Tahun Baru ini (dalam bahasa Tionghoa kata “kue”
dan “membuat kemajuan” memiliki pelafalan yang sama dengan kata /gao/)
Menjelang jam 12 malam, setiap keluarga akan menyalakan petasan.

Hari pertama Tahun Baru Imlek, orang Tionghoa menggunakan baju baru dan
mengucapkan selamat kepada orang yang lebih tua. Anak-anak yang
mengucapkan tahun baru kepada yang lebih tua, akan mendapatkan /angpao/
uang. Sedangkan pada hari kedua dan ketiga, mereka saling mengunjungi
teman dan kerabat dekatnya.

Selama masa perayaan Tahun Baru Imlek, pada umumnya jalan-jalan diarea
perdagangan penuh sesak dengan keluarga Tionghoa yang berbelanja untuk
keperluan Imlek. Dibeberapa tempat diluar negeri biasanya diadakan
berbagai acara hiburan menyambut Imlek seperti pertunjukkan Barongsai
dan Naga, pasar bunga dan pameran klenteng.

Setelah hari ke 15 bulan pertama dalam kalender Lunar, adalah waktu
diadakannya Festival Lentera, yang menandakan berakhirnya perayaan Tahun
Baru Imlek.

The Four Face Brahma Sahampati (Phra Phrom)

Written by Joqy on 1/08/2008 10:24:00 PM


Brahma Sahampati, yang digambarkan memiliki empat wajah, sangat puja di kalangan umat Buddha Thai sebagai makhluk suci yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia.
Brahma Sahampati juga dikenal dalam komunitas Buddhis Cina, yang sering disebut sebagai Buddha-Empat Wajah / Four Face Buddha (四面佛).
Brahma Sahampati, dianggap sebagai Mahabrahma yang paling senior, yang merupakan makhluk suci tak terlihat, yang mengunjungi Sang Buddha ketika mencapai Penerangan Sempurna, kemudian ketika Sang Bhagava sedang bermeditasi di Uruvela, Brahma Sahampati mendorong Beliau untuk membabarkan Dhamma demi umat manusia.
Brahma Sahampati juga mendampingi Sang Buddha saat wafat, dan memberikan penghormatan sedalam-dalamnya, sebagaimana dituliskan dalam Maha-Parinibbana Sutta. Dari seluruh makhluk alam Brahma, Beliau-lah yang paling dekat dengan Sang Buddha.

Belajar dari Kisah Tukang Jam

Written by Joqy on 1/08/2008 10:08:00 PM


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya, “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31.536.000 kali selama setahun?”
“Ha…?” kata jam terperanjat. “Mana sanggup saya.”
“Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari ?”
“Sebanyak itu ? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini ?”jawab jam penuh keraguan.
“Bagaimana kalau 3.600 kali dalam satu jam ?”
“Dalam satu jam ? Banyak sekali itu ?” tetap saja jam membalas dengan ragu-ragu atas kemampuan dirinya.
Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian berbicara kepada si jam, “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik ?”
“Nah, kalau itu aku pasti sanggup.” kata jam dengan penuh antusias.
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali tiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa. Karena, ternyata selama satu tahun penuh ia telah berdetak tanpa henti. Itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.536.000 kali (coba saja Anda hitung sendiri !).
Ada kalanya, kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya, kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata “tidak” sebelum anda pernah mencobanya.
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Ada pula dengan denyut jaunting, gairah dan air mata. Tetapi, ukuran sejati di bawah mentari adalah, apa yang telah Anda lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

Buddhisme di Zaman Ilmiah

Written by Joqy on 1/08/2008 09:48:00 PM


Ajaran Buddha adalah sebuah agama besar yang menerangi umat manusia lebih dari dua puluh lima abad yang lalu dan membebaskan manusia dari segala perbudakan dan praktik takhayul. Ajaran Buddha adalah agama yang ilmiah. Buddha Gotama dewasa ini dihormati oleh setiap orang yang berbudaya dan cendekia, tidak pandang agama apa pun yang mereka anut, sementara pendiri sebagian besar agama lainnya hanya dihormati oleh para pengikutnya saja. Bukan hanya kaum agamawan saja, tetapi para pemikir bebas pun menghormati Yang Tercerahkan Sempurna ini.

Dari sudut pandang sejarah, tiada Guru lain yang pernah hidup di dunia ini yang telah memberikan kebebasan beragama yang begitu besar serta hak menentukan keyakinan bagi umat manusia. Sebelum munculnya Sang Buddha, agama hanya dimiliki dan dimonopoli oleh suatu kelompok tertentu dari masyarakat. Sang Buddha adalah Guru dalam sejarah yang tanpa diskriminasi membuka gerbang agama bagi setiap orang di masyarakat. Sang Buddha telah menasihati para pengikut-Nya untuk melatih dan mengembangkan kekuatan laten manusia serta menunjukkan cara terbaik untuk memanfaatkan kekuatan pikiran dan akal budinya tanpa menjadi budak dari suatu makhluk yang tak dikenal, untuk menemukan kebahagiaan abadi yang Beliau umumkan kepada dunia melalui pengalaman-Nya sendiri dan bukan melalui teori-teori, kepercayaan belaka, maupun praktik-praktik tradisional. Ajaran-Nya adalah sedemikian rupa sehingga siapa saja dapat menjalankannya tanpa menyandang merek agama tertentu.
Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Tiada konflik antara ajaran Buddha dan ilmu pengetahuan. Keduanya memiliki tujuan senada, yaitu untuk menyingkapkan ‘kebenaran’ dan ‘fakta’. Banyak aspek dalam ajaran Buddha yang sebenarnya selaras dengan penemuan ilmiah modern. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Sang Buddha pernah berkata bahwa alam semesta ini tidak terbatas dan jumlah dunia ini tidak terhingga. Hanya setelah Galileo Galilei mulai mengamati planet dan bintang dengan teleskop, manusia memiliki pengetahuan yang lebih maju tentang astronomi. Manusia mulai memahami dan menerima bahwa bumi ini bukanlah pusat alam semesta. Bumi hanyalah sebuah planet kecil dalam tata surya dan jumlah tata surya di alam semesta tidaklah terhingga. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, tanpa teleskop, Sang Buddha telah berkata demikian; hanya seorang yang ‘luar biasa’ lah yang mampu mengungkapkan kebenaran yang selama ini menjadi misteri besar alam semesta.
b. Sang Buddha juga mengatakan bahwa jumlah kehidupan dalam dunia ini dan dunia lainnya adalah tidak terbatas. Beliau menunjuk sebuah cawan berisi air dan mengatakan bahwa ada kehidupan di dalam cawan tersebut yang tak terbatas jumlahnya. Dewasa ini, para ilmuwan tidak bisa menyangkal kemungkinan adanya kehidupan di planet lain. Di bawah mikroskop, secawan air terbukti mengandung jutaan jasad renik. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, tanpa mikroskop, Sang Buddha telah mampu mengungkapkan kebenaran semacam itu. Sungguh mengagumkan.
c. Salah satu prinsip ajaran Buddha menyatakan bahwa tiada sesuatu pun yang tidak berubah, segala sesuatu terus muncul dan lenyap. Hal ini sangat sesuai dengan teori atom Einstein E = mc2, membuktikan bahwa materi bisa diubah menjadi energi (lenyapnya zat) dan materi juga bisa terbentuk dari energi (munculnya zat).
d. Sang Buddha pernah berkata bahwa selama waktu Beliau menyelesaikan ceramah di bumi, ribuan tahun telah berlalu di dunia-dunia lainnya. Hal yang dianggap bagaikan dongeng ini tampaknya menjadi tidak asing lagi setelah Einstein mengemukakan Teori Relativitas.
Dalam sejarah peradaban, ilmu pengetahuan telah sering dianggap sebagai ancaman terhadap konsep keagamaan, sejak era Galileo, Bruno, Copernicus, dan Darwin. Akan tetapi, prinsip-prinsip dasar ajaran Buddha tidak bertentangan dengan penemuan ilmu pengetahuan. Sang Buddha telah mengutarakan hal yang senada dengan bahasa dan istilah yang berbeda.
Ungkapan penghargaan terhadap Sang Buddha dan ajaran-Nya juga telah diberikan oleh para filsuf, psikolog, dan pemikir di zaman modern ini, seperti Albert Einstein, H.G.Wells, Bertrand Russel, Aldous Huxley, C.G.Jung, Erich Fromm, dan lain-lain.
Dari sudut pandang ajaran Buddha, Kebenaran tidak memiliki batas-batas negara, bangsa, umat dan bahkan tidak memerlukan “merek” agama tertentu. Kebenaran bukanlah milik agama apa pun atau siapa pun. Ajaran Kebenaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha bukanlah milik ekslusif diri-Nya atau umat-Nya. Sang Buddha semata-mata hanya telah menemukan dan melihat dengan jelas kebenaran tersebut. Seperti halnya Isaac Newton menemukan hukum gravitasi, dia bukanlah pemilik hukum tersebut.
Mengenai pentingnya keselarasan dan perpaduan antara agama dan ilmu pengetahuan, Albert Einstein mengatakan,” Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah pincang. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta.” Ilmu pengetahuan bersama agama seperti Buddhisme bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih tenteram dan membahagiakan untuk ditinggali. Penting untuk dicatat, bahwa kalau kita pelajari lebih lanjut, tampak bahwa ajaran Buddha sebenarnya telah melampaui keterbatasan ilmu pengetahuan.

Subscribe in a reader

Pesta Blogger 2007Pesta Blogger 2007

Add to Technorati Favorites Firefox 2

Web Counter Since 01-01-2008

home page visits
photo inkjet printers